Ganti Judul dan ALt sendiri

Melangitkan Doa




    Bismillah, Seiring dengan berjalannya waktu, masalah demi masalah yang kita temui, seperti memberi uji bagi diri. Apakah kita cukup kuat untuk menangani, ataukah berlelah lalu berhenti. Menjadi kuat atau menjadi lemah, adalah pilihan manusiawi, dan yang jelas, manusia memiliki batas. Batas kekuatan jasmani, rohani, dan kesabaran. Ya, manusia punya keterbataasan, bukan malaikat atau Nabi yang selalu maksum. 

    Dengan masalah demi masalah yang datang, seakan menguji kembali, seberapa kuat kita yakin kepada janji-Nya. Bahwa, mengucap "Iyyakana'budu waiyyakanasta'in" bukanlah sebatas kalimat yang biasa kita ucapkan sebanyak minimal 17 kali sehari. Ia mengandung kepercayaan penuh, bahwa, hanya dengan meminta pertolongan-Nya lah dalam semua hidup kita, dan hanya kepada-Nya lah kita menyembah. Kemudian dalam hati kecil kita terkadang setan menggelitik, apa iya kita akan mendapat pertolongan? Kenapa masalah demi masalah ini seolah tidak berhenti? Tetapi, ada satu hal yang harus kita yakini. Hanya kepada-Mu lah kami menyembah, dan hanya kepada-Mu lah kami memohon pertolongan. Hendaknya kita camkan dalam hati, bahwa dengan Dia, segalanya tidak ada yang tidak mungkin, jika kita memohon hanya kepada-Nya.

     Jika kita kemudian ragu, mengandalkan kemampuan sendiri seakan bisa mengatasi semuanya? Bukankah manusia punya batas? Mengapa tidak kita serahkan saja doa kita ke langit? Saya teringat akan sebuah kisah, tentang pertarungan elang dan ular. Elang, yang nyatanya dapat dengan mudah dilahap oleh ular di tanah, ketika sang ular hendak menerkamnya, ia kemudian membawa ular itu ke langit. Selanjutnya apa? Ular itu tak berdaya, dan terlempar kembali ke bumi. Sama hal dengan kisah itu. 

    Berbagai masalah yang menimpa hidup kita di dunia ini , jika hanya kita selesaikan dengan kemampuan duniawai saja, yakinlah akan terasa berat dan seperti tidak usai. Tetapi, marilah kita coba membawa masalah kita ke langit. Langitkan doa-doa kita, di waktu yang mustajab, waktu mutiara selepas solat fardhu. Atau mengadukan masalah kita ke langit, kepada Sang Pencipta kita, yang mengetahi batas-batas kita. Dan yakinlah, pertolongan-nya akan datang di waktu yang tepat.

    Iyyakana'budu waiyyakanasta'in, hanya kepada-Mulah kami menyembah, dan hanya kepada-Mulah kami mohon pertolongan. Dalam ayat ini terkandung makna bahwa kita mengedepankan ibadah terlebih dahulu, memurnikan ibadah hanya kepada Allah. Setelah itu, kita memohon pertolongan Allah untuk menjalani hidup kita, mengatasi segala masalah baik yang kecil maupun yang besar. Dua inti ayat yang apabila kita amalkan dalam hidup sehari-hari, Insyaallah hidup kita akan mudah. Karena, menyandingkan hidup dengan kemampuan diri sendiri hanyalah akan berujung pada lelah, sedangkan menyandangkan hidup kepada Allah dan memohon pertolongan-Nya akan berujung pada hidup mulia. 

10 comments

  1. Bener banget kak, saya masih sering menggantungkan harapan pada manusia, dan sering juga berujung kecewa😭😭

    ReplyDelete
  2. Jadi ingat taujih singkat yang saya dapat subuh kemaren.
    Mendapat masalah, keadaan yang sempit, itu rezeki.
    Karena dalam kondisi terpuruk ini, manusia akan datang dan bersandar kepada sang Khaliq ketika tak ditemukan lagi tempat bersandar. Secara otomatis ia akan lebih dekat kepada penciptanya. Dan kedekatan ini menjadi rezeki untuknya.

    ReplyDelete
  3. Astaghfirulloh, kalimat itu hanya diucapkan saja, tanpa menghayati arti dan mengamalkannya.. Nice artikel, Kak.. Makasih "tampolannya"

    ReplyDelete
    Replies
    1. Samisami Kak, saling mengingatkan, utamanya nampol diri saya sendiri dulu hehehe

      Delete
  4. Kebetulan lagi baca tadabbur surat alfatihah. Maknanya dalam sekali dan luas. Semain direnungi semakin merasa diri ini banyak lalainya

    ReplyDelete
  5. Iya banget, sebagai manusia kadang lupa ya bahwa kitavpunya Allah yang Maha besar, memiliki segala-galanya tapi masih sering berharap pada manusia semacam pengingat kembali ini. Makasih kak :)

    ReplyDelete