Ganti Judul dan ALt sendiri

Kerupuk

    Ada ngga sih temann-teman disini yang suka sama makanan yang satu ini? Saya adalah salah satunya, hehe. Kerupuk, merupakan makanan pelengkap yang nikmat dimakan bersama dengan masakan yang berkuah. Misalnya, soto, sop, rawon, bakso, seblak, dll. Duh ngiler jadinya! Bahkan, dengan sebuah kerupuk pun, kita bisa makan sepiring nasi panas, ditambah dengan sedikit taburan garam. Ngga percaya? Coba deh cicipi makanan ini di akhir bulan :(

    Ngomongin tentang kerupuk, saya jadi teringat akan cerita seorang teman saya dahulu. Tersebutlah dia yang berinisial F ini, sama sekali tak suka kerupuk. Padahal, kalau dalam pikiran saya waktu itu, kerupuk itu sangat nikmat, harganyapun murah. Seribu dapat satu, atau dua ribu dapat satu, kayak iklan sepotifay. Akupun bertanya-tanya, kenapa ya dia nggak mau sama sekali makan kerupuk. Tapi mau menanyakan langsung, kok ya tidak enak dan rasanya kurang nyaman. Takut pertanyaan itu menyinggung perasaannya, ya kan.

    Dan setelah sekian tahun berlalu, saya mendengar cerita lain tentang kerupuk. Ada nggak sih yang percaya, kalau proses pembuatan kerupuk itu kurang higienis. Para pembuat kerupuk rata-rata pada nggak pakai baju atasan, dan hanya celana kolor. Bayangkan mereka membuat kerupuk dalam cuaca yang panas, dan keringat itupun menetes ke bawah, dan mengenai adonan kerupuk. Duh, sedihnya membayangkan proses pembuatan kerupuk oleh cerita yang masih saja saya ingat hingga saat ini.:( 

    Jujur saja, saya belum pernah melihat secara langsung dengan kasat mata pembuatan kerupuk ini. Tetapi, dulu sewaktu kecil, teman tetangga desa saya mempunyai saudara pembuat kerupuk. Mereka tinggal di pegunungan. Dan rumahnya pun tentu sederhana. Seluruh dapurnya dipenuhi oleh kerupuk-kerupuk yagn masih dalam kondisi kering maupun setengah kering. Sementara untuk penjemuran kerupuknya sendiri, di bawah matahari langsung. 

    Lalu, jiwa iseng sayapun menghubung-hubungkan antara teman saya yang tidak suka kerupuk dan proses pembuatan kerupuk. Ada sih, sedikit perasaan negatif dan prasangka buruk, yang menghasilkan dugaan bahwa kerupuk itu tidak layak dikonsumsi karena kurang higienis dalam pembuatannya. Tapi memang tidak dapat dipungkiri, produsen-produsen kerupuk rata-rata masih konvensional. Bahkan jaman dahulu, untuk membentuk sebuah kerupuk yang keriting seperti bunga hanya menggunakan tangan saja (manual).

    Kalau saya pribadi, tidak bisa tidak mengonsumsi kerupuk. Boleh sih, asal ngga banyak-banyak, pertengahan saja. Mengutip dari fatsecret.co.id, untuk sebuah kerupuk putih ternyata memiliki 65 kalori, 2,11 gram lemak,  10,4 gram karbohidrat, dan 0,83 protein. Lumayan juga ya! Gimana kalau kita menghabiskan dua buah kerupuk dan sepiring nasi, serta semangkuk sop iga sapi ya? Hmm...

2 comments

  1. Padahal tadi saya makan kerupuk sama nasi kuning :( membayangkan ketidakhigenisan kerupuk jadi berpikir dua kali untuk menikmati kerupuk lagi. Hmmm.

    Tulisannya keren, hanya sekadar saran saja, biasakan tidak menggunakan konjungsi seperti "tetapi" di awal kalimat. Untuk Konjungsi antar kalimat (pertentangan), Mbak bisa gunakan kata "namun".

    ReplyDelete
    Replies
    1. Waah makasih Kak koreksinya...

      Saya sendiri masih suka beli kerupuk juga kok Kak.. hehe

      Delete