Untuk dapat menulis, seseorang harus rajin membaca. Bagaimana mungkin dia dapat menuangkan idenya jika dalam isi kepalanya masih kosong. Itu sesuatu yang sangat mustahil terjadi. Orang yang suka membaca, biasanya akan bagus ketika menulis. Kemampuan menulis seseorang berbanding lurus dengan kebiasaan membacanya. Saya mengamati, para blogger yang keren-keren biasanya adalah seorang pembaca pula.
Saya kemudian tergelitik oleh sebuah quotes, "baru baca satu buku, mau nulis mahakarya. bangun woi, bangun." Kalimat itu seolah menjadi sindiran keras, terutama bagi saya hahaha. Seorang penulis yang sukses, saya rasa pasti mengalami proses yang sangat luar biasa. Proses yang ia jalani tidak mungkin instan layaknya indomie rebus. Berpuluh-puluh tahun dia meramu tulisan, mungkin baru satu atau dua buku yang dia luncurkan.
Makanya, menjadi penting bagi seorang penulis untuk menikmati proses. Jika memang penulis memimpikan untuk membuat suatu karya, bahkan mahakarya, dia harus mau bersusah-susah melewati halang rintang. Sebagaimana challenge ini pula, yang diciptakan sebuah iklim menulis selama tiga puluh hari, untuk membangun kebiasaan menulis. Jika seseorang dapat melewati challenge ini dengan baik, dan bahkan melanjutkannya hingga day ke sekian, tentu tujuan challenge ini saya rasa sudah berhasil.
Saya terkadang melirik beberapa teman yang kemudian di-kick atau left grup, entah dengan suatu alasan pribadi yang bisa mereka pertanggungjawabkan, semestinya. Tetapi kemudian yang menjadi menarik untuk dicermati adalah, antara harapan dan realita. Ini juga perlu menarik untuk saya renungi bagi saya sendiri. Biasanya, semangat selalu muncul di awal. Mimpi selalu akan terbayang ketika pertama merasakan. Tapi jangan sampai, semua yang kita inginkan itu hanya menjadi semangat di awal. Menjadi penting untuk konsisten dan menikmati proses.
Kembali kepada topik awal tadi, bahwa seorang penulis, tidak akan mungkin dapat menciptakan karya hanya dalam waktu beberapa bulan. Kecuali, jika dia benar-benar mencurahkan segala tenaga, sangat concern akan hal itu. Mungkin setiap hari dia berlatih dan mengikuti pendidikan khusus penulis. Namun, jika menulis hanya sebatas sampingan, jika ingat saja dilakukan, dan jika tidak ada gangguan. Mana mungkin ... kata Seventeen, seorang penulis mampu melahirkan maharya besar.
Oleh karena itu, untuk dapat menulis sesuatu yang baik, sepertinya kita harus banyak-banyak membaca dulu. Tidak usah yang susah-susah, minimal apa yang sudah kita punyai dulu. Tengok saja timbunan buku di rumah kita, apa semua sudah kita baca? Atau, list e-book yang sudah kita download atau kita beli melalui platform digital, apa semua sudah terbaca? Sebuah catatan bagi saya sendiri, yang suka menimbun buku tetapi minim ide ketika menulis. :(
Post a Comment