Ganti Judul dan ALt sendiri

Pembentukan Karakter


Saya mengamati, bahwa persoalan keluarga bukanlah persoalan yang sepele. Kehidupan keluarga merupakan minitur kehidupan sosial yang lebih besar. Seorang suami, yang berhasil memimpin rumah tangganya menjadi keluarga yang baik, cenderung lebih baik memimpin di luar. Semestinya ini berbanding lurus ya. Apakah istri yang bekerja di luar dengan sukses, akan sukses juga mengurus rumah tangga di rumahnya?

Seorang anak yang ceria, hangat, dan santun, biasanya dibesarkan oleh keluarga yang seperti itu pula. Sedangkan, anak yang cenderung berbuat onar di luar, suka usil, perlu dicek kembali hubungan keluarga di dalam rumahnya. Keluarga menjadi poin penting pembentukan sikap seseorang sebelum berinteraksi dengan dunia luar.

Bagaimana peran orang tua?

Saya pernah mengikuti test kepribadian yang menggunakan sidik jari. Dalam tes tersebut, kita akan dicek apakah kita termasuk ke dalam kategori Intuiting, Sensing, Thinking, Insting, atau Feeling.

Menjadi penting oleh orang tua untuk mengenali seperti apa karakter anaknya. Sejak kapan? Sedini mungkin. Pembentukan karakter anak ke depannya akan sangat tergantung oleh lingkungan dan karakter dimana anak tumbuh. Kasih sayang orang tua, perhatian, waktu bersama, adalah "asupan" yang harus diberikan kepada anak sedari kecil. Sentuhan orang tua ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan si anak. 

Treatment orang tua tentu saja sebisa mungkin disesuaikan dengan karakter si anak. Mengutip dari https://stifinfamily.com/, strata tingkatan faktor genetik menentukan kepribadian seseorang. Jenis kelamin, mesin kecerdasan (bagian otal mana yang lebih banyak berkembang), kemudi kecerdasan, kapasitas otak, dan golongan darah, ternyata menentukan bagaimana karakter si anak ini dapat dikenali.

Bagi anak feeling, seorang yang lebih perasa, fitrahnya lebih suka memimpin, dan ingin merangkul semua orang dengan kecintaannya. Dengannya, baiknya orang tua lebih banyak memberikan sentuhan, pelukan, atau kata-kata yang cenderung halus dan mendalam. Anak feeling lebih suka mendengar keluhan orang lain. 

Anak intuiting, seorang yang suka mencoba hal-hal baru, cenderung lebih cepat bosan. Anak intuiting juga kurang betah dengan cara-cara yang lama, dan menyukai terobosan. Masa depannya memerlukan spesialisasi akan suatu hal. 

Anak thinking, menyukai proses, terstruktur, cenderung kaku. Jika ia adalah seorang yang akan memimpin, ia lebih cenderung berposisi sebagai manager dibandingkan dengan pemimpin yang memberikan nilai-nilai. Ia menyukai "memanage" sesuatu, berhubungan dengan hitungan, data, dan matematika.

Anak Sensing, cenderung kinestetis, suka bergerak, sulit untuk tinggal diam. Untuk belajar ia tidak bisa duduk dengan rapi seperti anak thinking, lebih cenderung lari kesana kesini. Energinya seperti tidak habis-habis. Ia menyukai stimulus dari luar.

Anak insting, memiliki kecerdasan naluri, mudah beradaptasi, dan lebih mudah menyesuaikan dengan keadaan sekitar. Ia juga memiliki kecerdasan sosial yang tinggi. 

Begitulah kira-kira karakteristik anak yang pernah didapatkan dalam sebuah sharing mengenai konsep Tes kepribadian Stifin. Terlepas dari benar atau tidaknya tes dimaksud, tetapi mengenali karakteristik anak dari waktu ke waktu adalah tugas orang tua dalam membentuk karakter di lingkungan keluarga. 

Tugas orang tua bukan hanya memberi kebutuhan pokok saja, yang lahir, maupun batin harus tercukupi semuanya. Memastikan anak-anak tumbuh dengan baik adalah penting. Menjaga akhlaqnya, perilakunya, dan sopan santunnya hendaknya menjadi perhatian orang tua dari waktu ke waktu.

Karena, dari keluargalah segalanya akan bermula. Pemimpin-pemimpin masa depan, yang akan mengubah negeri ini berasal dari unit terkecil kehidupan yang bernama keluarga. Apakah ini tugas ibu atau tugas ayah?

Ya, keduanya memililki peran masing-masing. Ayah dan ibu semestinya bekerja sama untuk membentuk anak mereka dengan baik. Salah, jika pendidikan karakter anak hanya dititikberatkan kepada salah satu pihak saja, ibu misalnya. Sedangkan ayah berleha-leha. Justru, dari awal pernikahan, ayah dan ibu harus memiliki visi misi yang jelas. Dari mulai tujuan pernikahan, sampai dengan bagaimana cara membesarkan anaknya nanti.

Membahas parenting memang tidak akan ada habisnya. Jika mempelajari sesuatu dalam kehidupan misalnya dalam pekerjaan ada bukunya. Hendaknya membesarkan anak juga ada buku pegangannya. 

Post a Comment